Nama Daerah: Kayu putih (Indonesia), galam (sunda), paperbark-tree, weeping paperbark, weeping teatree, swamp teatree (Inggris).
Melaleuca cajuputi Powell atau lebih dikenal dengan nama kayu putih. Tanaman ini telah ditanam di Asia sejak berabad-abad yang lalu, diperkirakan terdistribusi mulai dari daerah tropik, sebelah utara Australia ke sebelah barat Papua New Guinea, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
Tanaman kayu putih pertama kali ditemukan di kawasan pantai daerah tropik lembab yang panas. Tanaman ini dapat tumbuh di berbagai kondisi lingkungan, namun lebih dapat bertahan di dataran pantai yang berawa, bahkan kadang-kadang ditemukan di daerah yang tergenang air selama musim hujan pada kedalaman lebih dari satu meter.
Tanaman kayu putih merupakan tanaman daerah tropik yang berumur panjang dan pertumbuhannya cepat, dapat beradaptasi di daerah yang tergenang air dan di tanah yang berdrainase baik. Tanaman ini memiliki perawakan tinggi mencapai 40 m, perakaran panjang dan melebar, dan kadang-kadang muncul akar adventif. Kulit berlapis-lapis, berserat, dan mirip seperti kertas, berwarna abu-abu sampai putih. Daun berseling, pipih, berbulu halus sampai mengkilat; tangkai daun panjang 3-11 mm, lurus atau melengkung. Perbungaan terminal; tandan bunga hampir dipenuhi oleh bunga; bunga dalam tiga serangkai, putih, putih kehijauan atau kream. Buah berbentuk piala. Biji kecil-kecil berbentuk garis.
Di Indonesia, khususnya di Pulau Buru dan Pulau Seram pohon kayu putih tumbuh alami secara melimpah, mencapai ratusan ribu hektar. Pohon kayu putih tersebut tumbuh pada tanah-tanah yang tidak subur, di punggung bukit yang berkerikil, dan pada lapisan tanah liat coklat kemerahan. Dilansir dari https://www.kompasiana.com, bahwa pohon kayu putih di Pulau Buru sangat mudah tumbuh, seperti deretan ilalang yang muncul pada lahan-lahan yang tidak tergarap. Sebagian besar lahan yang ada di Pulau Buru ditumbuhi oleh pohon kayu putih, sehingga Pulau Buru terkenal sebagai salah satu pulau penghasil minyak kayu putih (cajuputi oil).
Minyak kaju putih dihasilkan dari daun dan ranting-rantingnya yang disuling. Penyulingan minyak kayu putih di Pulau Buru banyak dilakukan oleh masyarakat setempat dengan cara-cara tradisional. Menurut sebuah hitungan, industri farmasi nasional membutuhkan minyak kayu putih sebanyak 3.500 ton per tahun. Sementara itu, produksi nasional hanya mampu memenuhi 400 ton saja. Artinya, di dalam negeri kebutuhan minyak kayu putih masih sangat besar, dilansir dari https://indonesia.go.id. Di dunia, sebagai pusat penghasil utama minyak kayu putih adalah Indonesia dan Vietnam.
Di Indonesia penggunaan minyak kayu putih untuk obat-obatan sudah tidak asing lagi. Dilansir dari https://essentialoils.co.za/essential-oils/cajuput.htm, minyak kayu putih mempunyai kegunaan yang sangat tinggi sebagai obat antiseptik untuk saluran pernapasan dan saluran kemih; melawan infeksi untuk pilek, bronkitis, radang tenggorokan; untuk meringankan sakit kepala, telinga, gigi, dan rheumatik, selain itu juga digunakan untuk mengobati asma dan sinusitis.
Kebun Raya Cibodas telah mengoleksi tanaman kayu putih, Melaleuca cajuputi Powell sejak tahun 1976 yang berasal dari Kepulauan Maluku. Saat ini tanaman koleksi yang ada sebanyak 10 spesimen berada di lima lokasi, yaitu di Vak VI.E., XI.C., XIII.A., XIV.A., dan XVI.B.
Tanaman kayu putih dapat diperbanyak dengan menggunakan biji dan setek.